Chonburi – Tim Nasional Sepak Bola Putri Indonesia akan menghadapi lawan berat, Thailand, dalam pertandingan perebutan medali perunggu pada ajang SEA Games 2025. Pertandingan ini dijadwalkan berlangsung pada Rabu (17/12/2025) di Stadion Chonburi, Thailand.
Baca Juga : Panggung Timur Tengah: Arab Saudi Siap Gelar Piala Super Italia 2025 dengan Format Empat Tim
Pertemuan ini tercipta setelah kedua tim gagal melaju ke final akibat menelan kekalahan di babak semifinal. Indonesia harus mengakui keunggulan Vietnam dengan skor telak 0-5. Sementara itu, Thailand menunjukkan perlawanan yang lebih ketat, menahan Filipina 1-1 di waktu normal sebelum akhirnya harus takluk melalui drama adu penalti.
Ujian Berat di Tengah Dominasi Historis Thailand
Laga perebutan perunggu ini akan menjadi pertemuan kedua antara Indonesia dan Thailand di SEA Games 2025. Sebelumnya, kedua tim telah saling berhadapan pada laga pembuka Grup A tanggal 4 Desember 2025, yang berakhir dengan kekalahan telak Indonesia 0-8.
Kekalahan di fase grup tersebut memperpanjang catatan kurang menguntungkan bagi Timnas Putri Indonesia saat berjumpa Thailand di ajang multievent Asia Tenggara. Secara historis, Indonesia belum pernah menang melawan Thailand di kompetisi SEA Games.
Rekam Jejak Lima Pertemuan Sebelumnya:
- SEA Games 1997: Indonesia kalah 0-2
- SEA Games 2001: Indonesia kalah 0-2
- SEA Games 2005: Indonesia kalah 1-2
- SEA Games 2019: Indonesia kalah 1-5
- Fase Grup SEA Games 2025: Indonesia kalah 0-8 (Margin kekalahan terburuk)
Ironisnya, kekalahan 0-8 di fase grup tersebut terjadi ketika skuad Garuda Pertiwi sudah diperkuat sejumlah pemain yang memiliki latar belakang Eropa, termasuk pemain naturalisasi seperti Isa Warps, Felicia de Zeeuw, Emily Nahon, dan Iris de Rouw.
Tekad Bangkit Garuda Pertiwi
Meskipun rekam jejak pertemuan historis dan hasil semifinal menunjukkan tantangan yang sangat besar, pertandingan perebutan medali perunggu memberikan kesempatan terakhir bagi Timnas Putri Indonesia untuk membuktikan perkembangan tim. Medali perunggu akan menjadi capaian penting di tengah persaingan yang semakin ketat di sepak bola putri Asia Tenggara, yang kini didominasi oleh Vietnam, Thailand, dan Filipina.
Pelatih Timnas Putri Indonesia dituntut meracik strategi pertahanan yang lebih solid dan meningkatkan efektivitas serangan balik untuk mengantisipasi dominasi Thailand di lini tengah.
